BENVENUTO PAULO FONSECA

Home/ Artikel/ BENVENUTO PAULO FONSECA

Roma telah menetapkan pilihannya ke Paulo Fonseca untuk menahkodai Il Lupi hingga 2 tahun mendatang.
Seperti kita ketahui Fonseca adalah pilihan terakhir dari sederet nama yang sempat didekati namun menolak pinangan Roma karena berbagai alasan yang cukup membuat Romanisti tersenyum kecut karena memang Roma saat ini di cap sebagai Club yang gemar menjual pemain bintangnya. Datangnya Fonseca ditanggapi secara dingin oleh banyak kalangan karena Fonseca dianggap belum mengerti kultur sepakbola Italia, namun beberapa juga manaruh harapan akan perubahan yang ditawarkan oleh pria kelahiran Mozambique 5 Maret 1973 ini.

img-1560401636.jpg


"Saya mengharapkan tim yang berani. Sebuah tim yang ingin bermain melawan tim-tim besar dan tim-tim kecil dengan pendekatan sama. Kami harus membangun tim yang kompetitif, sebuah tim yang bisa bermain dengan kualitas dan dengan sebuah gaya sepakbola untuk membuat fans bangga. Buat saya, kualitas performa itu sangat penting. Tentu saja kami ingin menang, tujuan utamanya adalah untuk menang, tapi kami juga ingin membangun tim yang punya kualitas nyata dalam permainan. Buat saya tidak cukup untuk menang saja. Saya ingin menang, tapi saya juga mau melihat ide-ide kami terimplementasi di lapangan" ungkap Fonseca dalam sebuah konferensi pers beberapa waktu lalu.

Mari kita mengenal Il Mister terlebih mendalam. Terlahir bernama Paulo Alexandre Rodrigues Fonseca, karirnya dimulai sebagai Center Back di F.C. Barreirense Liga kasta ketiga Portugal dengan kemasan 90 penampilan 6 goal. Sempat diboyong ke Porto dengan kontrak 3 tahun namun 3 musim itu dihabiskan sebagai pemain pinjaman ke 3 klub yg berbeda. Fonseca menutup karier professionalnya sebagai pemain di klub Estrela Amadora setelah menghabiskan 5 musim dengan raihan 72 penampilan 4 goal. Bisa dibilang Paulo Fonseca bukanlah pemain istimewa, apakah itu penting? Kultur ruang ganti sepakbola professional sangat dipengaruhi oleh latar belakang sang Manager, bila Il Mister adalah pemain yang cemerlang maka akan mudah mendapat respect dari seluruh anggota tim. 

Bagaimana dengan Manager yang berlatar belakang pemain biasa? Mereka harus memiliki bargain power berupa raihan Trophy yang dimenangkannya, pendekatan personal kepada para pemain hingga suasana bench menjadi harmonis dan ketegasan baik dalam menerapkan skema dan taktik permainan hingga ketegasan dalam meredam kepentingan klub yang bisa merusak keutuhan tim. Hal itu dimiliki oleh beberapa ex pemain tak dikenal namun berubah menjadi manager yang disegani.

img-1560401807.jpg

Bargain Power macam apa yang dimiliki seorang Fonseca?

Dimulai dengan melatih Youth Team (Primavera) di Estrela Amadora selama 2 tahun dilanjutkan dengan bertualang keluar masuk Tim kecil yg hanya mengontraknya semusim atau 2 musim saja, raihan tertingginya saat itu hanya membawa F.C Pacos De Ferreira ke peringkat 3 Liga domestik Portugal yg membawanya lolos kualifikasi UCL walaupun gagal pada Kualifikasi karena dikalahkan oleh Zenith St Petersbugh, dimusim yang sama Fonseca ditarik F.C Porto dengan 2 tahun kontrak dimana dia memenangkan gelar pertama baginya yaitu Supertaca Candido de Oliveira (semacam super coppa). Fonseca dilepas F.C. Porto saat menempati posisi ke 3 kalasemen tertinggal 9 point dari Benfica dengan menyisakan beberapa pertandingan lagi.
Lepas dari Porto Fonseca kembali menukangi Pacos De Ferreira dilanjut menangani S.C. Braga dimana dia membawa Braga ke posisi 4 dan menjuarai Taca De Portugal (semacam Coppa) dimusim yang sama Fonseca juga membawa Braga ke perempat final Liga Europa sebelum kandas dari Shakhtar Donetsk. Ironis nya justru Shakhtar memboyong  Fonseca ke Donetsk untuk menggantikan Mircea Lucescu yang pindah ke Zenith St Petersburg.
Di Shakthar Donetsk inilah nama Fonseca mulai bersinar dengan raihan hattrick 3 gelar double winner Liga dan Coppa serta 1 SuperCoppa.

Pendekatan Personal macam apa yang dimiliki Fonseca?

Di Shakhtar Donetsk Fonseca tidak serta merta merombak kerangka tim yang ada, yang dilakukannya hanyalah memaksimalkan potensi pemain yang ada, Dentinho, Facundo Ferreyra dan Alan Patrick diberikan peran yang lebih signifikan dalam tim untuk menutup pemain yang mulai menurun performanya macam Fred, Taison, Bernard dan Marlos. Fonseca juga berani memaksimalkan youngster Kovalenko sebagai false 9 untuk keperluan liga domestik ini cocok untuk tim yang irit finansial macam Roma. Skema 4-2-3-1 yang mengandalkan kedua winger untuk serangan balik cepat merupakan pilihan Fonseca. Ada hal menarik dalam penerapan 4-2-3-1 ala Fonseca dimana saat menyerang akan terlihat ada 2 Striker yang menanti umpan dari winger jadi seakan berubah menjadi skema 4-4-2 dengan menyisakan 2 gelandang box to box untuk menyambut bola serta kontra serangan balik lawan.

Tampaknya cukup menarik apa yang ditawarkan oleh sang Zorro Paulo Fonseca berkaca dengan kondisi Roma saat ini. Semoga saja tag line End of an Era tergantikan dengan Start of a New Era.

che sarà, sarà ....

Komentar

Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar